Apakah masa depan sungguh ada?

Amsal 23:17-18

                Ketika kita membicarakan masa depan, biasanya dekat dengan yang Namanya cita-cita yang berhubungan dengan sebuah profesi. Sebagai orang Kristen kita tahu bahwa Allah turut ambil bagian dalam masa depan kita yang artinya bahwa Tuhan menetapkan cita-cita dan itu artinya bahwa Tuhan juga menentukan kita sehingga kita sampai pada satu profesi. Tetapi apakah tujuan dari masa depan kita ketika Allah ikut ambil bagian di dalamnya?Apakah menjadi kaya, memiliki rumah dan banyak kekayaan? Bukan itu tujuannya. Paulus dalam masa tuanya ada dalam penjara, apakah ini yang dikatakan masa depan masih ada? Masa depan yang seperti apa yang Amsal ingin katakana kepada kita.

                Masa depan dan harapan pada bagian ayat yang kita baca diikat dengan kata Takut akan Allah. itu berarti soal masa depan tidak bisa kita lepaskan dari Kristus. Yesus pernah mengajarkan doa Bapa kami yang dimulai dengan kalimat “Datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu, di bumi seperti di surga.” Doa ini bertujuan untuk supaya kita memusatkan diri kepada Allah lewat profesi dan bisnis yang kita jalani. Ketika kita berdoa demikian maka kita akan mengerjakan semua dengan dan ingin selalu menciptakan surga dalam pekerjaan dan profesi kita.

                Ketika kita nanti di surga jangan harap kita mendapat atau memilik emas yang banyak. Karena di surga ada yang lebih berharga dari pada itu yaitu sukacita yang lebih berharga dari apapun termasuk emas. Di surga sukacita dan syukur itu meluap dari hati kita karena kita itu bertemu dengan Allah. Prinsip kerajaan Allah dalam doa bapa kami harus kita sinkronkan dengan apa yang kita lakukan dalam dunia ini. Orang Kristen yang memegang prinsip kerajaan Allah akan selalu melekatkan dirinya kepada Allah dan bukan kepada kekayaannya atau profesi yang dia jalani sekarang. Bisa saja Tuhan memberikan Emas, Rumah dan semua yang kita impikan, tetapi apakah ini yang dimaksud masa depan yang diinginkan Allah. Setiap hal yang kita lakukan di bumi, jika tidak sinkron dengan kepentingan kerajaan Allah akan selalu membuat kita depresi pada ujungnya. Jadi, masa depan itu adalah bila hari ini : Saya bisa ikhlas untuk apapun yang Kristus mau. Saya bisa merasa damai, saya masih memiliki hati untuk melayani, Saya siap untuk panggilan pulang ke surga itu, meskipun semua yang saya miliki tidak ada.  Harapan kita tidak akan hilang jika kita takut akan Allah. Ukurannya bukan profesi yang sekarang kita alami tetapi ukurannya adalah ketika kita sudah bisa mengsinkronkan hidup sesuai dengan kerajaan Allah.

                Masa depan itu sungguh ada ketika kita takut akan Allah, bersyukurlah untuk setiap profesi yang kita jalani saat ini sebagai jalan untuk kita bisa melayani Tuhan. Terus singkronkan diri kita kepada kerajaan Surga.

Penulis: Pdt. Hadi Sugianto Lie