Jangan melupakan Tuhan

Yakobus 4:13-17

Salah satu praktek iman dalam keluarga adalah berdoa bersama ketika makan. Berdoa keluarga sebelum makan berarti memulai semua yang nanti terjadi di meja makan dengan mengutamakan Tuhan. Ada seorang anak remaja yang justru tidak suka berada di meja makan, karena dia mendapati suasana yang tidak enak terjadi dimeja makan. Ini semua disebabkan sang papa yang memulai suasanya tidak enak tersebut. Ketika kita memutuskan untuk mengutamakan Tuhan dalam makan bersama itu berarti juga membiarkan emosi dan juga pembicaraan juga kita serahkan kepada Tuhan. Ada keluarga yang dengan sengaja menaruh bangku kosong di sekitaran meja makan mereka, kursi ini disediakan agar Tuhan seakan-akan ada disana sehingga semua pembicaraan yang terjadi di meja makan terjaga dan tidak ada hal yang menimbulkan emosi selama percakapan di meja makan. Itulah salah satu contoh dalam mengutamakan Tuhan.

          Bukan hanya di meja makan harusnya kita mengutamakan Tuhan tetapi diselutuh kehidupan kita untuk terus mengutamakan Tuhan dan tidak melupakan Tuhan, namun nampaknya ada beberapa orang Kristen yang melupakan Tuhan sehingga surat Yakobus mengajarkan untuk kita punya kesadaran bahwa dalam setiap kehidupan kita ada Tuhan dan itu berarti bahwa kita tidak boleh melupakan Tuhan. Apa sih arti tidak melupakan Tuhan dalam setiap rencana dan Tindakan kita? artinya adalah menjadikan kita sebagai hamba yang rendah hati. Tidak semua yang mengaku hamba itu selalu rendah hati, banyak pembelaan yang dilakukan ketika melakukan kesalahan atau sebuah kekurangan dalam kehidupannya. Maka itu belajar menjadi rendah hati itu penting sehingga kita tidak melakukan pembelaan ketika terjadi kesalahan dan berani melepas ketika rencana itu ternyata Tuhan ubahkan dalam kehidupan kita. Musa adalah salah satu contoh dari perombakan rencana karena panggilan Allah dalam kehidupanNya. Bagaimana dengan kita orang muda ketika dalam pekerjaan ada fase naik turun dan ternyata harus berubah ide dalam pertengahan usaha, dalam masalah teman hidup yang tidak selalu berjalan dengan lancar. Dalam Studi rencana kita susun dengan baik sehingga nanti kita lulus sudah bisa melakukan apa tetapi semua berubah karena masalah ekonomi keluarga dan banyak lagi alasan. Kalau kita terus melakukan pembelaan yang ad akita menjadi babak belur. Sehingga kita harus merendahkan hati atas perubahan rencana dan digantikan dengan rencana Tuhan yang memang lebih baik dan harus terlaksana.

          Apa sih arti tidak melupakan Tuhan dalam setiap rencana dan Tindakan kita? Percaya bahwa Tuhan yang menetikan. Memang tidak mudah untuk melepaskan rencana kita, karena mungkin kita sudah susun dan kita menganggap bahwa rencana kita lebih baik. Tetapi jika memang harus beruha karena Kristus punya rencana maka kita harus percaya dan melakukan rencanaNya sehingga nama Kristus yang dimuliakan dan semuanya menjadi berhasil.

          Kristus Yesus saja berjalan dibawah rencana sang Bapa, Dia taat sampai ke salib, Dia taat sampai hubungan kita dengan Tuhan baik. Yesus juga melakukan penundaan untuk datang ketempat Lazarus yang akhirnya mati, orang-orang yang ada disekitar Lazarus mungkin berkata ini tidak sesuai dengan rencana tetapi ketika rencana Allah yang dijalankan maka Lazarus bisa sembuh bahkan dibangkitkan.

          Percaya Tuhan sebagai Penentu Nasib, percaya hidup kita ada di tangan Tuhan yang kuat, bukan pada diri kita, bukan pada apa yang kita miliki, atau bukan pada orang lain. Dengar, lakukan dan percayakan hidup kita, sehingga ketika kita disuruh melepas beberapa rencana dalam kehidupan kita, kita tetap mempunyai perasaan damai sejahterah. Karena kita tahu kalau kita berjalan sesuai dengan rencana Tuhan Allah akan menjaga dan melindungi.

          Yakobus 4:17, Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa. Kita harus merendahkan hati dan percaya kepada setiap apa yang Tuhan rencanakan dalam kehidupan kita dan inilah perbuatan yang baik. Kalau kita tidak melakukan yang baik itu kita berdosa. Belajar hidup iklas sehingga kehidupan kita beroleh sukacita

Penulis: Pdt. Hadi Sugianto Lie