JALAN HIDUPKU

Ayub 23:10

“Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.”

 

Dalam masa pandemi seperti ini banyak orang dapat menanyakan kebaikan Tuhan ketika mereka menghadapi berbagai macam pergumulan yang berat. Apalagi kalau orang Kristen merasa bahwa dirinya adalah orang yang mengasihi dan setia kepada Tuhan dalam hal apapun. Sikap seperti ini sangat wajar dan manusiawi. Namun kita boleh berhenti pada hanya terus mempertanyakan kebaikan Tuhan yang bisa membuat kita meninggalkan Tuhan. Kita harus belajar dari Ayub seorang yang saleh namun Tuhan izinkan menghadapi pergumulan hidup yang tidak akan dapat dibandingkan dengan semua pergumulan yang kita hadapi. Ia dalam sekejap kehilangan harta, anak, kesehatan yang dimilikinya. Namun dalam keadaan seperti ini Ayub tidak menyalahkan Tuhan ataupun meninggalkan Tuhan. Apa yang menyebabkan Ayub dapat mempertahankan imannya kepada Tuhan ditengah pergumulan hidup yang sangat berat?Kita akan belajar 2 sikap Ayub dalam menghadapi kesulitan hidup dalam dunia ini.

  1. MELALUKAN INSTROPEKSI DIRI Ketika Ayub menghadapi penderitaan yang berat ia tidak menyalahkan Tuhan dan meninggalkan Tuhan. Tapi yang dilakukan Ayub adalah Instrospeksi diri. Ketika Ayub berkata “Karena Ia tahu jalan hidupku” hal ini menunjukkan bahwa Ayub ketika menghadapi masalah yang berat Ayub memeriksa dengan sungguh-sungguh bagaimana hidupnya. Setelah melakukan Instrospeksi diri, Ayub yakin bahwa hidupnya bersih dihadapkan Tuhan tidak seperti yang dituduhkan oleh temannya yang bernama Elias dalam Ayub 22:15 “Apakah engkau mau tetap mengikuti jalan lama, yang dilalui orang-orang jahat.”                                                                                  Hari ini banyak orang Kristen yang  terlalu cepat menghakimi orang yang mengalami masalah disebabkan oleh karena dosa yang telah diperbuat oleh orang tersebut. Mungkin saja orang mengalami penderitaan karena akibat dari dosa tapi tidak semua seperti itu. Kita jangan terlalu cepat menghakimi orang lain karena hal itu akan menambah beban dan penderitaan orang lain. Kita seharusnya memberi penghiburan bagi orang-orang yang yang mengalami pergumulan hidup yang berat. Mari kita memposisikan diri kita sebagai orang yang menghadapi pergumulan dan orang lain menghakimi kita. Bagaimana perasaan kita? Kita pasti akan semakin menderita. Jadi jangan kita mudah untuk menghakimi orang lain.                     Dengan kalimat yang disampaikan oleh Ayub ini, ia meyakini bahwa penderitaan yang ia alami bukan karena dosa setelah ia melakukan instropeksi diri. Ketika kita menghadapi pergumulan hidup yang berat marilah kita seperti Ayub melakukan intropeksi diri apakah ada dosa yang telah kita perbuat. Kalau kita telah berbuat dosa maka kita harus segera mohon pengampunan kepada Tuhan serta meninggalkan dosa maka seperti janji Firman Tuhan dalam 1 Yoh 1:9 “ Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” Apabila kita memohon pengampunan dan bertobat maka ketika kita berdoa kepada Tuhan maka Tuhan akan bertindak untuk melepaskan kita dari pergumulan hidup yang berat. Karena Tuhan itu Maha Kudus dan tidak bisa berkompromi dengan dosa. Yesaya menjawab keluhan umat Israel yang tidak mendapatkan jawaban doa dari Tuhan dengan mengatakan “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” (Yes 59:2.

Saudara ketika kita menghadapi pergumulan yang berat maka kita harus Instrospeksi diri dan mohon pengampunan Tuhan karena kita telah berbuat dosa maka Tuhan akan akan menolong dan menjawab doa kita.

 

  1. MEYAKINKAN RENCANA TUHAN YANG MULIA

Ayub bukan hanya yakin bahwa penderita yang ia alami bukan karena dosa namun ia juga yakin bahwa penderitaan yang ia alami adalah ujian dari Tuhan yang memiliki rencana  yang mulia bagi dirinya.  Ayub meyakini bahwa ujian yang Tuhan izinkan dialami oleh Ayub adalah untuk kebaikan dirinya yaitu Ayub akan menjadi seperti emas murni yang berharga dimata Tuhan.

Kita tahu emas logam mulia yang kadar kemurnian emasnya mencapai 99.99%. Untuk mendapatkan tingkat kemurnian yang demikian, emas harus dibakar dan dimurnikan untuk menghilangkan unsur-unsur lainnya. Proses pemurnian ini dimulai dengan membakar emas di dalam api yang bersuhu lebih dari 1.000°C berulang ulang hingga dihasilkan emas yang murni dan berkilauan. Setelah cair, kotoran-kotoran yang melekat pada emas seperti karat, debu dan/atau logam-logam lain akan mudah dipisahkan dan disingkirkan. Suhu dinaikkan lagi dan kotoran yang masih tertinggal akan naik ke permukaan lalu dibuang. Proses ini terus dilakukan berulang-ulang sampai pada akhirnya diperoleh emas yang benar-benar murni, bebas dari segala kotoran dan unsur logam lainnya.

 

Inilah yang menyebabkan Ayub tidak menyalahkan Tuhan dan meninggalkan Tuhan ketika menghadapi pergumulan yang sangat berat dalam hidupnya. Ia yakin bahwa Tuhan punya rencana yang mulia bagi dia sehingga melalui hidup Ayub terpancar kemuliaan Tuhan.

David Roper, seorang hamba Tuhan, pernah berkata, “Pencobaan kita saat ini, betapa pun pedihnya, sudah disaring melalui hikmat dan kasih Allah. Sang Pemurni duduk di samping tungku, menjaga nyala api, mengamati prosesnya, menunggu dengan sabar sampai wajah-Nya terpantul di permukaan.”

Setelah melewati ujian yang berat Ayub menjadi pribadi yang mulia dan berharga dimata Tuhan dan Tuhan memberkati Ayub dengan berkelimpahan.

 

Tuhan ingin menjadikan kita sebagai pribadi yang mulia dan berharga dimata Tuhan sehingga hidup kita diberkati. Baik sebagai hamba Tuhan, mahasiswa, pedagang, dokter, dll kita rindu hidup kita berhasil dan diberkati  Tuhan yang merupakan bukti bahwa kita ini mulia dan berharga dimata Tuhan. Untuk dapat meraih keberhasilan dan berkat Tuhan maka kita harus siap menghadapi dan melewati berbagai macam pergumulan  yang berat dan menyakitkan sebagai sarana pembentukan kita menjadi mulia dan berharga seperti emas yang murni dihadapan Tuhan.

 

Ketika Tuhan mengizinkan kita untuk mengalami pergumulan hidup yang berat marilah kita tetap bersukacita seperti yang dikatakan dalam 1 Petrus 1:6,7 “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu – yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dari Tuhan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” (1 Petrus 1:6,7).

 

Apakah saat ini saudara sedang menghadapi pergumulan hidup yang sangat berat? Marilah kita belajar dari Ayub yang tidak menyalahkan Tuhan dan meninggalkan Tuhan tapi belajar untuk Instrospeksi Diri dan Meyakini Kehendak Tuhan yang Mulia bagi kita agar kita dapat tetap bersukacita dan setia mengiring Tuhan. Amin.

Penulis: Pdt. Hadi Sugianto Lie