Letih dan Lesu

Yunus 2:7, 10

                Beberapa orang mengatakan bahwa, mereka sedang ada dalam masa letih dan lesu. Bukan kerena tidak keluar rumah tetapi karena memang ada banyak masalah dan kejadian yang terjadi dalam masa covid. Letih dan lesu itu bisa disebabkan hal lain, yaitu ketika kita ngotot dan menutut Tuhan memenuhi apa yang kita mau dan inginkan. Yunus sedang dalam keadaan letih dan lesu, kira-kira dia letih dan lesu karena apa ya? Yunus menolak untuk melakukan perintah Tuhan dengan melarikan diri dari Niniwe. Yunus melarikan diri ke Tarsis sehingga Tuhan tidak menemukan dia, Yunus beralasan karena memang Niniwe pantas untuk dihukum karena kesalahan mereka. Ketika Yunus melarikan diri dengan kapal ke Tarsis, ada badai yang menerpa kapal itu dan hampir tenggalam. Mereka melemparkan barang-barang mereka karena ingin selamat dari badai, tetapi Yunus mengatakan jatuhkan aku dan seketika Yunus dijatuhkan maka redahlah badai itu.

Kita tidak lebih baik dari Yunus bukan, sering kita memiliki kemauan lalu kita takut Tuhan menolak. Ini membuat gelisah dan cemas dalam menunggu jawaban Tuhan, dalam masa itu kita bisa marah dan menolak apa yang Tuhan sudah jawab kepada kita. Kadang dalam masa ini kita memilih untuk melarikan diri dan memilih jalan lain. Sampai pada saatnya sampailah sayangNya Tuhan kepada Yunus, ketika dilempar ada ikan besar yang disuruh untuk menelan Yunus. Pergumulan Yunus dimulai dari sini, karena ia ada didalam perut ikan yang amis dan tidak harapan, ia berteriak serta tertekan. Keletihan dan kelesuan initerjadi karena Yunus mengeraskan hati dari jawaban Tuhan.

Ketika Yunus ada di dalam perut ikan, yunus masih bisa berdoa. Ini bukan karena kemampuan Yunus, tetapi inilah iman yang tertutupi oleh keegoisan dari Yunus. Ini adalah bukti providensia Allah dalam kehidupan Yunus yang telah memberontak dan menolak Allah. Saat Yunus ada diperut ikan kita melihat tangan Allah yang begitu besar terhadap kehidupan Yunus. Allah berfirman kepada ikan besar untuk memuntahkan Yunus. Ada yang baru dalam kehidupan Yunus, yaitu hati dan pikiran yang baru yang Tuhan ubahkan. Kadang Tuhan dalam merubah hati dan pikiran kita memang cenderung keras, membuang semua barang ke laut, dilempar ke laut dan dimakan oleh ikan besar, tetapi dalam masa yang seperti tidak harapan ini Tuhan justru yang menjadi harapan dan menolong kita untuk melihat lagi apa yang harus kita kerjakan. Jangan putus asa karena mungkin kita melihat orang yang kecewa kepada Tuhan, mencari jalan keluar sendiri dan meninggalkan Tuhan, tetaplah berdoa untuk mereka. Karena Tuhan mungkin mengubahkan mereka dengan cara yang luar biasa seperti yang dilakukan Tuhan kepada Yunus.

Mengapa Yunus tetap hidup?apakah Tuhan tidak bisa memakai orang lain untuk mengunjungi Niniwe dan memberitakan kabar baik untuk Niniwe. Tuhan punya rencana untuk Niniwe dan Tuhan punya kerinduan untuk diriNya bisa dikenal serta punya rencana untuk Yunus. Tuhan ingin memakai Yunus untuk bisa menjalankan rencanaNya. Siapapun juga kita, senang atau tidak senang kita ada dalam kedaulatan Tuhan, Allah yang menciptakan kita, Allah yang lewat Yesus Kristus yang merebut dan menyelamatkan kita yang berdosa serta memiliki hidup yang kekal. Walaupun sewaktu-waktu kita bisa nakal dan keras kepala seperti Yunus. Kemanapun dan dimanapun kita pergi Tuhan akan ikuti kita karena kita sudah lunas oleh karena Yesus telah menyelamatkan kita, masakan Tuhan meninggalkan ketika melihat kita terhilang, saat kita letih dan lesu? Sekarang ketika kita letih dan lesu karena kesulitan atau letih dan lesu karena kita mengeraskan hati untuk menolak Tuhan, maka yang harus kita adalah datang kepada Yesus. Yesus akan menggerakkan Roh Kudus yang akan membuat kita bisa berdoa dan kembali kepada Allah. Ingatlah Yesus pernah menawarkan dalam Matius 11:28, Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Marilah kita datang kepada Yesus, janganlah kita lari dan meninggalkan Tuhan tetapi biarlah diri kita yang letih lesu ini datang kepada Tuhan dan menyandarkan diri kita kepada Tuhan.

Penulis: Pdt. Hadi Sugianto Lie