Retreat

Lukas 5:16

Carl Jung seorang psikolog dari Swiss, yang sudah meninggal pada tahun 1961 pernah mengatakan, “Kesibukan itu bukan godaan yang datang dari iblis, tetapi iblis.” Mungkin Jung merasa kesal karena kesibukan itu membuat dia menjadi jengkel. Kesibukan pekerjaan terkadang membuat luburan menjadi suram, ini adalah beberapa cerita sebelum pandemic. Tetapi sekarang waktu pandemic, kita memiliki banyak waktu untuk berkumpul. Dalam keadaan demikian apakah kita bisa menikmati waktu untuk tenang, menikmati waktu dengan keluarga? Ataukah kita ada di rumah membuat kita makin stress dan makin kacau. Kita diri kita terdiri dari daging dan roh, Tuhan Yesus pernah berkata bahwa manusia itu tidak hidup dari roti saja, tetapi juga hidup dari firman Tuhan. Batin kita ternyata juga butuh makanan sehingga kita bisa menjalani semua ini dengan baik. Masa pandemic ini ternyata ada banyak masalah antara keluarga. Masalah anak dan orang tua, masalah suami dan istri dan banyak lagi masalah yang terjadi di rumah. Ada yang kemudian gampang menjadi marah, karena dia banyak menanggung tanggung jawab dalam kehidupan keluarga. Lalu apa arti kesibukan ketika kita dihadapkan pada masa pandemic ini? Dalam masa pandemic ini mungkin ada banyak yang masih sibuk diantaranya adalah pegawai pabrik obat, tenaga kesehatan, supir ambulance dan penggali kubur. Sekarang ini juga banyak orang yang merasa lelah dan letih untuk mendapatkan jalan keluar, padahal ada banyak list kebutuhan yang harus mengantri untuk dipenuhi. Tuhan Yesus memberikan contoh yang terbaik bagaimana kita bisa kuat dalam mengahadapi situasi yang bisa membuat kita frustasi dalam pikiran kita.

Tuhan Yesus dengan sengaja mengundurkan diri dan mengambil waktu untuk berdoa. Maka siapakah kita yang tidak mau dengan sengaja untuk mengundurkan diri, mengundurkan diri untuk berdoa. Kalau kita menolak untuk memberikan asupan spititual dalam pikiran kita dimasa pandemic ini, berarti membawa kita kepada keadaan mati pelan-pelan. Mati pelan-pelan karena kesibukan dan juga tekanan. Kenapa kita butuh mengundurkan diri? Karena kita memang ada banyak hal yang harus kita putuskan dan sikapi dan kalau kita tidak mundur untuk berdoa kepada Tuhan, maka kita akan banyak keliru dalam menentukan langkah. Kita perlu mengembalikan kesegaran bersama dengan Tuhan, sehingga kita bisa mengasihi Allah dan juga mengasihi orang lain seperti diri sendiri. Kalau kita berantakan, maka kita bisa melenceng dalam kehidupan kita.

Kita bisa salah dalam memberikan reaksi dan memberikan keputusan, jika kita tidak membiarkan jiwa kita dipenuhi dengan firman Tuhan. Kita bisa menjadi monster jika kita tidak memberikan asupan bergizi dengan persekutuan dengan Tuhan. Dengan jiwa kita yang penuh maka kita bisa menjadi orang yang adil sehingga kita tidak merugikan orang lain. Cara untuk retreat adalah dengan berlutut, menangis dan meminta kepada Tuhan untuk bisa menolong akan kelemahan-kelehaman kepribadian kita, sehingga dalam masa pandemic kehadiran kita bisa menghangatkan keluaga, meskipun dalam masa sulit. Roh Allah akan menolong kita.

Ketika kita mengambil waktu untuk retreat maka kita akan kembali kepada keadaan yang kuar untuk mengasihi Allah dan sesama sehingga kita bisa menjadi berkat. Mari kita mengundurkan diri dengan sengaja sehingga kita bisa menghadapi keadaan yang sulit dan membuat kita terprofokasi. Waktu retreat bersekutu dengan Tuhan bisa kita lakukan kapanpun dan dimanapun. Kalau badan kita sehat, tetapi jiwa kita lemah maka kita bisa menjadi monster. Tetapi ketika badan kita lemah, jiwa kita atau roh kita kuat, maka Tuhan akan memberikan kekuatan dan damai sejahtera. Masihkah kita enggan untuk mengundurkan diri, untuk bersekutu dengan Kristus. Tubuhmu butuh makan, maka beri makan tetapi jangan lupa untuk memberik makan jiwa kita dengan yang kekal yaitu Firman Tuhan dan berdoa bersama-sama dengan keluarga. Ambilah waktu untuk mengundurkan diri dan memilih untuk bersekutu dengan Tuhan dari pada melampiaskan hal-hal yang tidak baik kepada orang yang didekat kita. Tuhan mengasihi kita dan Tuhan ingin kita bisa melewati hari-hari yang itdak gampang dengan pertolongan tangan Tuhan.

Penulis: Pdt. Hadi Sugianto Lie