Adakah Tuhan?

Keluaran 17:7

 

Perjalanan padang gurun melambangkan kehidupan yang penuh kesulitan dan ketidakpastian. Hidup normal kita tiba-tiba direnggut paksa oleh pandemi, rencana2 kita buyar, masa depan jadi buram. Kita terlempar dalam dunia penuh persoalan. Kelelahan, kebingungan, kesepian, kehilangan, kedukaan, menjadi kosa kata yg memenuhi perjalanan padang gurun kita ini.

 

Bagaimanakah kita bisa berjalan dan bertahan dalam tanah seperti ini? Umat Israel memiliki respons yang salah ketika berjalan di padang gurun menuju Tanah Perjanjian. Peristiwa tidak ada air untuk minum di Rafidim menunjukkan the real problem dari bangsa Israel.

 

  1. Meriba

Waktu ada masalah, mereka complaining, menuntut, bertengkar, demo yang sudah cenderung anarkis. Ini bukan hanya soal haus. Ini adalah ekspresi ketidakmampuan umat Israel untuk mempercayai Tuhan sepenuhnya dalam situasi sulit. Mereka merasa berhak marah, complain, menggugat Tuhan, karena Tuhan yang salah atur dan salah pelihara, tidak cukup kasih, tidak cukup peduli terhadap persoalan hidup mereka. Jangan biarkan perasaan dan pikiran bahwa kita punya hak untuk complain pada Tuhan. Jangan-jangan, kitalah yang kurang mampu mempercayai Tuhan yang sedang memimpin dan memelihara diri kita dengan setia.

 

  1. Masa

Persoalan yang menyebabkan umat Israel ini begitu hadapi masalah air langsung otomatis menantang Tuhan, “Adakah Tuhan di tengah2 kita?” adalah problem dosa karena mereka telah mencobai Tuhan. Mereka bisa berkata seperti itu karena punya konsep yang keliru sekali mengenai siapa diri mereka dan siapa Tuhan. Kalimat ini membuat Tuhan itu baru ok jadi Tuhan mereka bila Tuhan senantiasa penuhi permintaan mereka. Dengan memiliki sikap demikian kita memindahkan kedaulatan Tuhan menjadi milik kita. Mari belajar dari dosa orang Israel ini. Jangan ambil kedaulatan Tuhan dan jadikan itu milik kita.

 

Harusnya seperti apa di tanah padang gurun ini?

 

  1. Don’t complaining, but trusting God.

Dalam kesulitan, makin dekat pada Tuhan, makin percaya pada Tuhan, dan makin cari perspektif Tuhan atas pergumulan hidup kita. Musa bukan pemimpin yang kuat tak tergoyahkan. Namun Alkitab mencatat di dalam kebingungan, kegusaran, keputusasaan menghadapi bangsa tegar tengkuk ini, Musa mencari Tuhan dan memohon bimbingan serta solusi dari Tuhan. Ia mencari hikmat dari Tuhan untuk memahami masalah dari perspektif Tuhan. Dari sana kekuatan dan keyakinan untuk melangkah maju bersama Tuhan.

 

  1. Don’t testing God, but glorifying God.

Don’t waste our pain in the wilderness. Ada rencana Tuhan waktu Ia ijinkan penderitaan bagi orang yang mengasihi-Nya (Rom. 8:28). Tujuan pergumulan itu adalah agar kita makin hari makin seperti Tuhan Yesus (Rom. 8: 29). Makin serupa karakter-Nya, makin kita akan memuliakan Tuhan. Paulus berkata, “Supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Supaya di dalam kasih karunia Tuhan, semakin banyak orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Tuhan.” (2 Kor. 4:10, 15)

Penulis: Michael Teng