Sangkaan yang salah… Salah Sangka

(31-23) Aku menyangka dalam kebingunganku: "Aku telah terbuang dari hadapan mata-Mu." Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepada-Mu minta tolong.   

  • (31-23) Aku berbicara dalam ketakutanku, “Aku dibuang dari hadapan mata-Mu.” Namun, Engkau mendengar suara permohonanku ketika aku berseru minta tolong kepada-Mu. AYT (2018)
  • (31-23) Dalam kebingunganku aku menyangka TUHAN telah membuang aku dari hadirat-Nya. Tetapi Ia telah mendengar permohonanku waktu aku berseru kepada-Nya. BIS (1985)
  • (31-23) Lalu, aku berkata dalam ketergesa-gesaanku, "Aku terbuang dari pandangan mata-Mu," pastilah Engkau mendengar suara permohonanku ketika aku berseru kepada-Mu. MILT (2008)
  • Kerana aku telah berkata dengan tidak sabar, “Aku telah disingkirkan daripada pandangan-Mu!” Namun Engkau mendengar suaraku merayu apabila aku berseru kepada-Mu. AVB (2015)

Open:

Sdr2.. Pernahkah Kita dalam keadaan seperti Ayub yang mengalami goncangan kehidupan yang membuat kita salah sangka kepada TUHAN ALLAH? Seorang anak Tuhan  berkata pada saya: saya tahu TUHAN ITU MAHA KASIH, DIA mengasihi semua orang … kecuali saya. TUHAN itu maha adil… DIA adil kepada semua orang … kecuali pada saya.

Halaman 1

Sdr2, Saya pernah meragukan Tuhan dan salah sangka pada Tuhan, saat istri saya hamil anak pertama, dan istri mengalami keguguran. Saya pikir Tuhan menghukum saya, karena saya dosa yang pernah saya lakukan. Dosa masa lalu dipakai oleh iblis untuk men terror saya, hati Nurani saya seperti di hunjam panah api yang panas. Hati saya gelisah dan merasa bersalah. Saya menjadi bingung dan marah tetapi tak berdaya. Dalam kebingungan iblis berhasil menyuntikkan racun yang mematikan. Racun salah sangka.

Halaman 2

Sdr2. Mazmur 31 yang kita sudah baca tadi adalah Mazmur doa pribadi. Mazmur 31:23 juga mencatat pemazmur salah sangka pada TUHAN. Pemazmur menyangka TUHAN telah membuang nya. Pemazmur merasa seperti sebuah bejana pecah yang dibuang dan tidak diinginkan. Mazmur ini mengingatkan kita semua sebagai orang percaya bahwa kita tidak kebal dari perasaan salah sangka pada TUHAN.

Hal ini bukan tanpa alasan ataupun mengada ada. Pemazmur menyampaikan fakta yang terang benderang. Pemazmur mengungkapkan kesusahan dan ratapan karena musuh (ayat Mazm 31:5,9), penyakit (ayat Mazm 31:10-11), dan ditinggalkan teman-teman (ayat Mazm 31:12-14=bejana yang pecah). Kesulitan ini menjadi bencana tsunami ketika pemazmur melihatnya dalam kebingungan.

Kata kebingungan “chaphaz” disini diterjemahkan dalam PB: gentar, terburu-buru, kebingungan, lari kebingungan, cepat-cepat.

Beberapa terjemahan lain:

  • Aku berbicara dalam ketakutanku, “Aku dibuang dari hadapan mata-Mu.”
  • Lalu, aku berkata dalam ketergesa-gesaanku, "Aku terbuang dari pandangan mata-Mu,"..
  • Karena aku telah berkata dengan tidak sabar, “Aku telah disingkirkan daripada pandangan-Mu!”..

Sdr2. Pemazmur terperangkap dalam ketakutannya sehingga dengan tergesa-gesa dan tidak sabar menyimpulkan bahwa TUHAN telah membuang dia. Sesungguhnya apakah Tuhan telah membuang pemazmur? Tidak. Tuhan tidak pernah membuang pemazmur walaupun pemazmur salah sangka. Perhatikan pemazmur tidak berhenti pada perasaannya. Pemazmur melanjutkan… Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepada-Mu minta tolong.

Pemazmur tidak membiarkan perasaannya yang bingung terus menerus menguasai hati dan pikirannya, tetapi keyakinan nya pada TUHAN bangkit.

Halaman 3

Sdr2, Bagaimana cara pemazmur keluar dari jerat salah sangka ini?

  1. Ayat 8 Aku akan bersorak-sorak dan bersukacita karena kasih setia-Mu, sebab Engkau telah menilik sengsaraku, telah memperhatikan kesesakan jiwaku, (bnd ayat 22)

Pemazmur mengingat karakter Tuhan yang setia. Allah bukanlah pribadi yang gampang berubah-ubah. Hal ini berbeda dengan perasaan pemazmur yang gampang berubah. Sebab itu dalam perjalanan iman, pemazmur seolah olah mengingatkan kita untuk tidak mengandalkan perasaan nya kepada Allah, tetapi mengandalkan Karakter Allah yang tidak berubah.

  1. Ayat 20 Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia!

Pemazmur mengingat kebaikan Tuhan yang begitu besar. Terjemahan lain “How Great is your goodness. Mulai menghitung satu demi satu kebaikan Tuhan menolong pemazmur mendapatkan bahwa kebaikan Tuhan itu lebih banyak dari jumlah rambut di kepalanya.

Dalam perangkap salah sangka, tiba-tiba pemazmur tersadar ada pilihan yang lebih baik dari pada terus tenggelap dalam sangkaan yang salah yaitu memilih untuk mengingatkan diri sendiri akan karakter kasih setia Allah yang tak berubah dan kebaikanNya yang berlimpah.

Halaman 4

Sdr2. Sebagai murid Kristus kita perlu berdoa bukan hanya meminta ini dan itu, tetapi terus bersyukur dan mengingat kasih setia Tuhan dan kebaikanNya yang berlimpah.

Ada satu keluarga sering mengalami mati lampu. Pada waktu itu anak-anak masih kecil. Anak2 takut ketika tiba2 gelap, mereka menangis. Pada awalnya suami dan istri jadi ikut bingung dan panik. Setelah beberapa kali Tuhan mengajar dan memberikan bijaksana. Sang ayah mulai mengajar anak anak dan melatih mereka untuk ingat di mana letak lampu senter dan lampu emergency. Bahkan ketika lampu terang mereka bermain mencari lampu senter dengan mata tertutup. Ketika ada di tempat tidur mata anak anak ditutup untuk menemukan lampu seter. Berkat Latihan permainan ini anak2 tidak takut lagi pada waktu mati lampu.

Kita perlu dengan sengaja melatih diri untuk mengingat kasih setia Tuhan dan kebaikanNya lebih sungguh sungguh melalui FirmanNya tiap tiap hari.

Ingatlah bahwa Apa yang kita lihat dalam terang Firman Tuhan yang berjanji menyertai kita, menolong kita terhindar dari sangkaan yang salah ketika berada dalam gelapnya kehidupan.

Sebagai orang percaya marilah kita melatih diri sedemikian rupa sehingga SEBELUM kesulitan datang menyerang kita sudah terlatih mengingat karakter TUHAN yang setia dan terus menghitung kebaikanNYA yang melimpah. TUHAN memberkati kita semua.

Penulis: Pdt. Hadi Sugianto Lie