Pelitamu akan padam

Amsal 20:20

20:20 Siapa mengutuki ayah atau ibunya, pelitanya akan padam pada waktu gelap.

Konon di Jepang ada tradisi yang disebut Ubasute. Ini dipercaya merupakan sebuah tradisi yang masih diperdebatkan untuk meninggalkan orang tua sendirian di hutan, di gunung atau tempat terpencil lainnya untuk mati. Sebuah hutan lebat di dekat kaki barat laut Gunung Fuji, dikenal sebagai Aokigahara (juga dikenal sebagai Jukai yang berarti Lautan Pohon), adalah salah satu tempat yang konon dianggap begitu populer untuk ubasute di masa lalu.

Kita mungkin berkata; “Aduh untung yah, dalam tradisi kita tidak ada peristiwa kayak gitu”. Benar… kita tidak mempraktikkan tradisi ini secara langsung, tetapi seringkali relasi kita dengan orang tua tidak selalu berjalan baik dan harmonis. Lalu apakah nasihat Firman Tuhan terkait dengan hal ini?

            Nasehat Amsal ini cocok dengan situasi yang dihadapi dalam keluarga Daud, yakni hubungan Daud engan anaknya Absalom. Keretakan hubungan itu diawali sebuah tragedy saat Amnon, saudara tiri Aslaom memperkosa Tamar, adik kandung Absalom. Tentu saja kejadian itu membuat Absalom marah dan kemudian membunuh Amnon lewat sebuha perangkap. Tindakan tersebut memaksa Absalom mealrikan diri selama 3 tahun.

            Setelah itu ia kembali ke rumahnya dengan sebuha ambisi, menggantikan kedudukan Daud sebagai raja. Ia merasa dirinya lebih layak memerintah ketimbang ayahnya. Melalui berbagai cara ia berhasil meraih impiannya. Ia memaksa Daud melarikan diri dari istananya dan merebut takhtanya. Akan tetapi Tuhan tidak berdiam diri saja. Absalom kemudian mengalami kekalahan sewaktu diserbu pasukan yang masih loyal kepada Daud. Ia terbuuh di dalam pelariannya. Kepala Absalom tersangkut sdi sebuah dahan dan ia terbunuh dengan tubuh tergantung.

            Kehidupan Absalom menggambarkan seorang anak yang mengutuki ayahnya sendiri. Kata Ibrani unutk mengutuki, qalal bisa berarti mengutuk atau memandang rendah, atau menghina. Jadi dalam Amsal ini, kata mengutuk memiliki pengertian mulai dari memandang rendah sampai tindakan melawan dengan sengaja (baik dengan perkataan atau dengan sikap). Itu semua masuk kategori mengutuk di dalam pandangan Amsal 20:20 ini.

            |Selanjutnya frase: pelitanya akan padam pada waktu gelap; menggambarkan sebuah kemalangan dan hidup yang berakhir tragis. Pada waktu gelap dapat diterjemahkan obscure darkness atau blackest darkness yang saya artikan menjadi: gelap sekali, gelap gulitatidak ada cahaya setitikpun. Ini adalah hidup yang berakhir dengan tragis dan merupakan akibat dari tindakan tidak menghormati orangtua.

“Tunggu dulu pak pendeta…, engkau tidak tahu apa yang aku alami bersama orang tuaku. Seandainya engkau jadi aku… tentu tidak mudah!” Benar bisa jadi demikian saudaraku! “Engkau tidak tahu betapa papaku memperlakukanku dengan kejam semasa aku kecil dan dia selalu merendahkan aku”. Benar, aku tidak tahu apa yang engkau alami saat kecil. “Seandainya engkau tahu bagaimana perlakuan mamaku terhadap aku. Ia selalu membedakanku dengan adikku. Ia pernah hampir menggugurkan aku saat dala kandungan dan tampaknya ia tidak pernah bisa menerimaku”. Benar… tidak mudah menghadapi apa yang engkau telah alami, saudaraku. Beberapa dari kita barangkali mengalami masa kecil yang tidak menyenangkan dan amat buruk dengan orang tua kita.

            Akan tetapi saya mau menyampaikan sebuah berita sukacita sorgawi. Kristus tahu segala yang engkau alami di masa lalu. Ia menerimamu apa adanya dengan kasih-Nya. Ia mau memulihkan hidupmu dari segala tragedi buruk itu. Bukalah hatimu dan terimalah kasih-Nya. Yesus juga mau kita belajar untuk mengasihi dan menghormati orang tua kita kembali, seburuk apapun hubungan itu dulu. Mereka tetap adalah orang tua yang Allah pilih untuk kita. Mohonlah agar kasih Kristus memampukan kita untuk mengasihi dan menghormati mereka kembali, agar pelita kita tidak sampai padam di waktu yang gelap.

Saya tidak tahu bagaimana keadaan kita semua saat ini. Apakah pelita kita sudah padam atau sudah hampir padam?  Apakah hidup kita sedang mengalami jalan yang makin menurun saat ini? Mari berhenti sejanak dan melihat bagaimana relasi kita dengan orangtua kita masing-masing. Saya mau mengajak kita mengambil sebuah komitmen baru di akhir khotbah ini. Mohonlah kepada kemurahan Tuhan Yesus agar kita tetap boleh mengasihi dan menghormati orang tua kita masing-masing di tengah ketidaksempurnaan mereka, supaya pelita kehidupan kita tidak padam di waktu yang gelap. AMIN!

Penulis: Pdt. Hadi Sugianto Lie