Tangan Allah

Kejadian 45:8

Kejadian 45:8

“Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.”

 

PENDAHULUAN

Tahun 2021 ini sudah hampir berakhir. Mungkin ada orang yang menyongsong tahun 2022 dengan nada pesimis. Bahkan mungkin, ada yang berkata, “Jangankan memasuki tahun 2022, mengakhiri tahun 2021 ini saja saya tidak tahu harus bagaimana. Saya tidak tahu apakah pergumulan dan permasalahan ini bisa saya lewati dan hadapi atau tidak. Saya sedang dalam kondisi tidak bisa melihat adanya pengharapan.”

 

Salah satu hal yang menyebabkan pengharapan itu hilang dan tidak dapat dilihat adalah ketidak-mampuan seseorang melihat akan penyertaan dan pertolongan Tuhan di dalam kehidupannya. Tidak semua orang bisa berkata seperti Yusuf, “Bukan kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah.” Dalam ucapannya ini, Yusuf menyatakan adanya penyertaan Tuhan di dalam seluruh kehidupannya.

 

Maka pertanyaan yang patut direnungkan adalah apa yang membuat Yusuf bisa melihat penyertaan Tuhan di dalam kehidupannya, yang juga tidak mudah itu?

 

Yang pertama, Yusuf dapat melihat penyertaan Tuhan karena ia melihat hidupnya di dalam perspektif rencana Allah. Hidup yang ia jalani adalah bagian di dalam pekerjaan Allah yang besar. Hal ini dapat kita lihat ketika Yusuf mengatakan bahwa Allah “menyuruh” nya. Kata “menyuruh” ini memiliki pengertian mengutus dengan sebuah misi yang jelas. Di dalam ayat ke-5, Yusuf menyatakan dengan jelas misi tersebut, “karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.” Demikian ditegaskan kembali di ayat ke-7 “Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu.”

 

Ironinya ada banyak orang percaya yang justru menjalani hidup hanya sekadar untuk bertahan hidup. Apalagi di tengah kondisi pandemi yang penuh dengan kesulitan. Hidup ini hanya mengalir, mengikuti arus, dan mencoba bertahan tidak terhanyutkan dan tidak terdepak. Sebagian yang lain, hidup untuk mendapatkan kesenangan. Tujuan yang utama adalah mencari dan mendapatkan kesenangan, dengan cara apapun. Sehingga orang semacam ini akan mencoba menghindari segala sesuatu yang tidak menyenangkan. Jika tidak bisa, maka hidup orang tersebut akan penuh dengan derita.

 

Hanya dengan melihat kehidupan ini sebagai bagian dari rencana pekerjaan Allah yang sempurna, seseorang akan dimampukan untuk melihat pengharapan. Bahkan meskipun kondisi belum membaik dan belum menunjukkan tanda-tanda perubahan, ia tidak akan kehilangan pengharapan, sebab ia tahu bahwa hidupnya sedang menggenapkan rencana Allah yang kekal dan sempurna. Hal inilah yang membuat Yusuf, bisa memberikan pengampunan bahkan kasih kepada saudara-saudaranya yang sudah berbuat jahat dan kejam terhadapnya.

 

Kebenaran yang sama juga dapat terjadi di dalam kehidupan setiap kita. Ketika kita mampu melihat hidup kita ini bagian dari rencana Allah yang besar, yang kekal, dan yang sempurna, maka kita akan dimampukan bertahan di dalam penderitaan. Bahkan lebih lagi, kita akan dimampukan untuk beraksi dan melakukan pekerjaan Tuhan di tengah segala kesulitan yang menimpa. Pengharapan akan tergenapinya rencana Allah itulah yang menjadi kekuatan untuk tetap hidup menjadi berkat.

 

Yang kedua, Yusuf belajar melihat Tuhan yang bekerja di dalam hidupnya. Ia bukan berfokus melihat kepada apa yang sedang terjadi, tetapi ia berfokus melihat siapa yang sedang beraksi.

 

Di ayat 5 dan 7, Yusuf sudah menyatakan dengan jelas bahwa Allah-lah yang menyuruh ia ke Mesir. Kalimat ini sudah jelas bahwa semua ini terjadi karena Allah yang aktif bekerja. Namun di ayat 8 ini, Yusuf kembali mengulangi kalimat yang sama dalam bentuk negatif, “bukan kamu, tetapi Allah.” Pengulangan negatif ini sengaja dilakukan untuk menekankan dengan sangat kuat subjek yang utama, yakni Allah. Semua ini bukan merupakan pekerjaan acak, bukan juga rencana manusia, tetapi Allah yang bekerja.

 

Hal inilah yang juga Yusuf pelajari di dalam pengalaman hidupnya. Ketika ia sampai ke Mesir dan bekerja sebagai budak, Yusuf melihat Allah yang menyertai. Ketika Yusuf dijebloskan ke dalam penjara, ia melihat Allah yang tetap menyertai.

 

Kemampuan untuk melihat Allah yang sedang bekerja inilah yang akan menolong seseorang memiliki pengharapan di dalam kehidupannya. Allah yang bukan hanya memberikan berkat-berkat jasmani, tetapi yang jauh lebih besar, Ia memberikan berkat khusus melalui pengorbanan Yesus Kristus dalam karya inkarnasi. Namun Ia bukan hanya pernah datang, tetapi Ia selalu ada. Hal inilah yang dinyatakan malaikat kepada Yusuf, Juruselamat yang hadir itu Immanuel, yang artinya Tuhan beserta kita.

 

Tuhan yang menyertai kita inilah yang perlu kita lihat di dalam keseharian hidup. Penyertaan yang nyata dari waktu ke waktu dan dari hari ke hari inilah yang akan menolong kita memiliki pengharapan akan masa depan. Bukan pasti akan menjalani hidup yang nyaman, tetapi hidup yang aman di dalam genggaman penyertaan-Nya yang kekal.

Penulis: Pdt. Hadi Sugianto Lie