Ujian dalam kasih

1 Yohanes 4:18

                Kata “kasih” yang dipakai adalah kata “agape” yang menunjuk pada “meluap”, “berkelimpahan” atau “tak bersyarat” dan kalau dikaitkan dengan “kasih” maka dapat diartikan sebagai “kasih tak bersyarat yang meluap atau berkelimpahan”. Kasih itu seperti bencana tsunami yang diberikan tanpa syarat menyapu serta membuat bersih. Bagaimana bisa memiliki kasih agape? Manusia yang mengalam perjumpaan dan juga pertobatan sejati serta memberi diri untuk dibimbing okeh firman Tuhan dan Roh kudus dalam kehidupannya. Kasih agape harus mengalami ujian atau test kemurnian, apakah Yesus benar-benar ada dan itu meluap dalam kehidupan kita. Apakah ujian dari kasih agape? Ujiannya adalah ketakutan. Ketakutan itu bisa menyergap dan datang tiba-tiba, tetapi apakah ketika ketakutan itu muncul kasih itu tetap ada dan bertahan dalam kehidupan kita?

                Dalam semua hubungan, baik dengan apa atau dengan siapa, kasih yang besar dan mulia akan menyingkirkan rasa takut, dan rasa takut akan mencegah kasih menjadi besar dan mulia. Semakin besar kasih maka kita tidak akan dikuasai ketakutan, tetapi kalau kita membiarkan ketakutan mempengaruhi kita maka kasih lebur. Untuk menggambarkan hubungan apa dan siapa kita bisa belajar dari Janda Sarfat yang miskin, mereka hanya memiliki makanan yang hari ini bisa dimakan dan besok tidak tahu. Dalam keadaan yang tidak baik, Elia datang dan meminta makanan kepada janda ini. Ternyata janda ini memilih untuk taat kepada Tuhan, yaitu membuatkan makanan untuk nabi Elia dan tidak ikut memakannya. Janda ini memilih untuk menghilangkan rasa takut dan memenuhi hatinya dengan kasih, sehingga akhirnya hidupnya benar-benar diberkati oleh Tuhan. Kalau kita memberikan diri kepada kasih agape, maka kasih itu akan melimpah dan membersihkan rasa takut dalam kehidupan kita. Memberi itu bukan soal punya banyak atau sedikit, persoalannya adalah masalah kasih itu dalam kehidupan kita. Kalau kasih itu melimpah dalam kehidupan kita maka itu akan menggeser ketakutan (Ketakutan kurang, ketakutan rugi dll). Jangan kita menggemgam apa yang kita punya, padahal kasih itu sudah melimpah dan roh kudus mengatakan bahwa berikan. Jangan takut ketika kasih itu melimpah dan kita memberi makan kita akan diberikan sebuah kelegaan dan hilang rasa takut.

                Hubungan saya dan siapa persoalan kasih agape, kita juga belajar dari hubungan Yusuf dan Esau. Yusuf tergoda untuk mendapatkan hak kesulungan dari Yakub dan berusaha untuk merebut hak kesulungan dari Esau. Semua itu dilakukan dengan hal yang tidak baik sehingga hak kesulungan itu berhasil dan akibatnya Esau menjadi marah serta membuat hubungan mereka tidak baik. Yakub lari dan mengalami ketakutan dan akibat dari ketakutan itu Yakub juga merasakan hal yang tidak baik dalam kehidupannya (Hidupnya jauh dari damai sejahtera, dibohongi oleh mertuanya, bahkan Tuhan mematahkan pangkal paha yakub). Tetapi karena kejadian Tuhan mematahkan pangkal paha yakub, Tuhan memberikan kembali kasihnya sehingga kasih itu menghangatkan hatinya dan membuat Yakub berani berdamai dengan Esau. Yakub sudah memberikan ganti rugi kepada Esau sebagai rasa bersalah dan semua ia persiapkan dengan baik. Yakub mau menyelesaikan masalah dengan Esau karena limpahnya kasih Allah dan itu membuat rasa takut dalam hidupnya disingkirkan oleh kasih itu. Kalau kita sudah diperingatkan Tuhan bahwa kita yang salah, maka mintalah kasih itu meluap dalam hati kita sehingga kita bisa membereskan masalah itu dengan baik.

                Kita bisa saja membuat drama dalam hidup ini, tetapi ingat ada Allah yang adil, yang akan  membuat kita nyesel sudah buat jahat, entah itu nanti waktu mau mati atau saat dalam kesukaran besar nanti. Berikan dirimu dikuasai tsunami kasih Allah supaya di sapu bersih rasa takut itu, sehingga damai dan sentosa hidupmu, baik dengan harta (seberapapun besarnya) dan dengan orang lain.

Penulis: Pdt. Hadi Sugianto Lie