Standard Mengasihi

Matius 22:37-40

  1. Lewis; Carilah dirimu, maka dalam jangka panjang, kamu hanya akan menemukan kebencian, kesepian, keputusasaan, kemarahan, kehancuran, dan kebusukan. Tetapi carilah Kristus, maka kamu akan menemukan diriNya dan denganNya, semuanya terlepas. Dari kalimat ini ada orang Kristen yang salah dalam orientasinya tentang kasih dan ketika salah dalam pengertian ini akan ada banyak masalah dalam kehidupannya. Tidak demikian dengan orang Kristen yang mencintai Tuhan, duka itu akan selalu ada dan kita bisa memastikan duka itu datang bukan karena perbuatan atau akibat dari apa yang kita lakukan kepada orang lain.

Orang farisi dikenal sebagai orang yang berpengetahuan akan kitab suci, tetapi mereka itu mencari kebutuhan mereka sendiri dan kepentingan diri sendiri bukan mencari Tuhan Yesus. Mereka punya banyak pertanyaan dan jawabannya adalah untuk mendukung semua apa yang dia inginkan. Waktu bertemu dengan Kristus, orang farisi bertanya tentang hukum yang utama. Orang yahudi itu mempunyai tradisi tentang membedakan hukum, jadi apabila mereka sudah melakukan hukum yang lebih besar bobotnya, maka yang kecil bobotnya itu tidak akan menjadi penting bagi mereka. Pertanyaan itu dijawab Oleh Kristus, “Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.”  Perhatikan kata hati, jiwa dan akal budi serta kata segenap yang diulang tiga kali. Kata hati jiwa dan akal budi adalah kata-kata yang sering digunakan secara bergantian yang mempunyai arti yang sama, tetapi ini menjadi penting sehingga digandengkan dengan kata segenap hati. Mengasihi Allah itu harus sepenuhnya dalam seluruh kehidupan kita, syarat utama untuk mengasihi Allah adalah mengenal Allah dengan baik. Penggunaan kata Hati, jiwa dan akal budi serta kata segenap itu berarti jangan kita mencintai Tuhan dengan tangan kanan tetapi tangan kiri menggemgam uang dengan erat. Jangan memakai telinga kanan untuk mendengar khotbah, tetapi telingan kiri kepada tukang ramal, motivator atau apapun itu. Jadi yang harusnya ketika kita mengasihi Allah yang harus kita lakukan adalah tangan kiri dan tangan kanan sama-sama menggemgam Allah, telinga kiri dan kanan sama-sama mendengarkan firman Tuhan.

Soal mengasihi Allah dengan kata segenap seharusnya juga bisa membuktikan juga dalam mengasihi sesama, meskipun mengasihi Allah itu harus ditempatkan paling tinggi tetapi kita tidak mengabaikan mengasihi sesama. Kasus dalam orang ibrani, mereka bersemangat memberikan persembahan kepada Tuhan, tetapi mereka lupa mengasihi orang tua mereka. Sikap seperti orang ibrani ini bukan sikap yang tidak benar dan ini kita harus tinggalkan karena ini tidak diinginkan oleh Yesus. Persoalan menjadi berbeda kalau itu berkenaan dengan iman kepada Yesus Kristus, maka kita harus memilih Kristus. Kita harus mengasihi Allah dan juga tidak mengabaikan sesama kita manusia. Kita juga harus mengasihi pasangan kita dari pada yang pelayanan atau pekerjaan.

Kita harus benar-benar menempatkan dengan baik, kapan kita mengasihi Tuhan dan juga dengan sesama. Memang mengasihi Allah itu lebih tinggi, tetapi kita juga diberikan kesempatan untuk bisa mengasihi sesama. Kristus menebus kita dengan darah yang mahal agar kita dapat memperagakan, bagaimana seorang Kristen itu mengasihi Tuhan dan sesamanya. Kristus mau, orang lain tahu bagaimana kita menjadi seorang Kristen yang tidak ekstrim kanan atau kiri – kita seimbang karena tahu kapan harus mengasihi Tuhan dan kapan harus mengasihi sesama kita.

Penulis: Pdt. Hadi Sugianto Lie