Siapa Yang Boleh Datang Kepada Tuhan

          Mazmur 15 adalah antiphonic psalms atau pujian yang dilagukan secara responsif (saling berbalasan) tentang panggilan untuk beribadah kepada Allah (Yahweh). Kata “kemah” (tabernacle – dwelling place) dan “gunung-Mu yang kudus” menyatakan suatu suasana ibadah, yakni persekutuan atau perjumpaan dengan Allah (Keluaran 29:42; Mazmur 23:6, 27:4, 84:2). Tujuan dari pujian antifonik ini adalah agar setiap umat Allah menjadi penyembah-penyembah Allah yang bergairah, yakni penyembah yang “tidak akan goyah selama-lamanya.” Karena Alkitab menyatakan bahwa setiap orang yang dekat dengan Allah akan hidup dalam kekuatan atau kegairahan (tidak akan goyah) yang meluap (Mazmur 16:11; Nehemia 8:10). Dan ayat 2-5a memberitahukan kepada kita tentang karakteristik dari penyembah yang bergairah tersebut.

 

Penyangkalan Diri (ayat 2)

 

Hanya seorang yang menyangkal dirilah baru dapat hidup “tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya.” Sebab itu, penyangkalan diri adalah syarat utama dan mutlak bagi setiap orang yang mau menyembah Allah (Amsal 3:5-8) atau mengikut (menyembah) Yesus (Matius 16:24).

 

  • Bagaimanakah sikap kita selama ini ketika beribadah di gereja?
  • Apa yang menjadikan kita senang dalam ibadah?

 

Pertobatan Diri (ayat 3-4a)

 

Tanda yang tergamblang dari pertobatan seseorang adalah dari apa yang diperkataannya (lidahnya) dan bagaimana ia memperlakukan orang lain (Yakobus 1:26, 2:1-3:18). Sebab itu, penyembahan / peribadahan yang berkenan kepada Allah adalah penyembahan yang lahir dari pertobatan hati bukan dari ritual-liturgi atau keagungan doktrin gereja (Yesaya 1:10-20; 1 Timotius 6:2b-5).

 

  • Hal-hal apa sajakah selama ini yang menjadi kebanggaan gereja dan ibadah kita?
  • Apa yang kita utamakan dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen atau jemaat disini?

 

Kemurahan Hati (ayat 4b-5a)

 

Allah menghendaki agar kita bekerja bukan untuk memuaskan / memperkaya diri sendiri melainkan agar melalui pekerjaan kita, Allah dipermuliakan dengan perbuatan kemurahan hati kita (Ulangan 8:17-18; Yosua 22:8; Mazmur 112:3; 1 Timotius 6:17). Sebab itu, kemurahan hati kita adalah pola penyembahan yang berkenan kepada Allah (1 Timotius 6:6-10; Yakobus 1:27).

 

  • Dengan apakah selama ini kita menunjukkan kegairahan ibadah kita?
  • Bagaimanakah pandangan kita selama ini tentang pekerjaan dalam hidup ini?
Penulis: Pdt. Yusuf Gunawan