Obat Tawar Hati

Wabah corona memabawa dampak dalam berbagai bidang, bukan hanya itu dampak lainnya adalah kecurigaan yang terlalu berlebihan terhadap orang lain. Semua dampak itu akhirnya membawa kita ke dalam keadaan yang tawar hati, kata kitab amsal tentang tawar hati adalah “Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.” (amsal 24:10). Pekerjaan dan bisnin menjadi sulit, kalau kau sekarang menjadi tawar hati dan putus asa dengarlah nasehat firman Tuhan; Mazmur 90:10, “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh  tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan;  sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.” Kesesakan dan kesukaran dapat melalui hidup kita, kira-kira penyebabnya adalah;

  1. Dosa (Kalau kita tidak bisa mengusai diri, maka kita akan jatuh dalam nafsu)
  2. Kesalahan (Salah perhitungan dan salah strategi)
  3. Bencana Alam
  4. Orang jahat (Selalu ada orang yang tidak suka kepada kita)
  5. Penyakit (Wabah virus atau penyakit parah)
  6. Rencana Tuhan yang khusus (Kalau Tuhan ingin melakukan hal yang khusus dalam hidup kita, mungkin Tuhan izinkan kita mengalami kesesakan dan kesukaran dalam kehidupan kita sehingga namaNya yang dimuliakan)

-  Daud pernah jatuh dalam saat berselingkuh dengan Betsyebah. Anak dari Daud dari Betseyabh harus mengalami sakit dan mengalami kesengsaraan ini bukan hanya dirasakan oleh anaknya tetapi juga Daud. Tetapi dalam pergumulannya ia tetap mencari Tuhan dan ini membuat dia siap untuk menerima apapun yang terjadi dalam dirinya.

-  Ayub, mengalami kesengsaraan yang luar biasa karena semua miliknya hilang dan tidak tersisa. Dalam keadaan demikin Ayub tidak tergoyahkan imannya kepada Tuhan dan percaya kepada Tuhan. Maka akhir hidupnya dia diubahkan Tuhan dan Tuhan berkati.

-  Yusuf, mengalami banyak sekali kesensaraan, tetapi Dia juga mencari dan taat kepada Tuhan.

 

Kesesakan dan kesukaran bisa datang kapan saja, tetapi kita harus datang kepada Tuhan karena Dialah yang akan memberikan kelegaan kepada kita semua. Kalau kita melihat kitab amsal maka kita bisa melihata bahwa garis besar dari kitab ini adalah TAKUT AKAN TUHAN, Sebab permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian. (Amsal 1:7; 9:10). lalu apa hubungannya dengan tawar hati dan takut akan Tuhan. Takut akan Allah digambarkan dengan sebuah hati yang dipenuhi dengan respek kepada Allah. Di dalam respek, tidak hanya ada hormat, tetapi juga ada cinta dan percaya kepada Tuhan. Kita Lihat bagaima toko-toko alkitab ini respek kepada Tuhan.

-  Daud, “Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku." (2 Samuel 12:22-23)

- Ayub, Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya, TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN! (Ayub 1:21). “Masakan aku hanya mau menerima yang baik dari Tuhan, dan menolak yang yang tidak baik?” (Ayub 2:10)

- Yusuf, “Bagaimana mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” (Kejadian 39:9). “Janganlah kalian menyesali diri karena kalian telah menjual aku kepada orang Mesir, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah telah meyuruh aku mendahului kalian.” (Kejadian 45:5)

 

Seorang Kristen akan menjadi tawar hati – kehilangan kekuatannya untuk jalani hidup, apabila ia tidak lagi respek (hormat, cinta dan percaya) kepada Tuhan; bukan karena ia kehilangan harga diri, atau kehilangan harta bendanya, atau kehilangan pekerjaannya, atau kehilangan orang yang dikasihinya. Obat tawar hati itu adalah selalu respek kepada Tuhan sebab kita akan menerima hikmat-Nya. Orang yang berjalan dengan Hikmat Tuhan adalah sedang berjalan dalam pimpinan Tuhan, maka masa depan itu sungguh ada, sebab bagaimana mungkin Tuhan akan menelantarkan orang yang mau berjalan bersama-Nya?

Penulis: Pdt. Hadi Sugianto Lie