IMAN SEBESAR BIJI SESAWI

Matius 17:19-20

Dalam kehidupan ini masih begitu banyak orang-orang yang meragukan kuasa Tuhan walaupun sebelumnya mereka mempelajari tentang iman Kristen tetapi tetap meragukan kuasanya. Kita melihat persoalan yang terjadi di dalam Alkitab soal Yesus menegur para murid yang tidak dapat menyembuhkan seorang pemuda yang sakit ayan, yang terdapat di ayat 15-16. Bagaimana seorang Bapak yang datang kepada murid-murid Yesus untuk meminta agar anaknya dapat disembuhkan dari penyakit itu. Ini bukan masalah Bapak itu tidak memiliki iman, kalau bapak itu tidak memiliki keyakinan terhadap para murid pasti bapak itu tidak akan membawa anaknya kepada murid Tuhan Yesus. Tetapi ini masalah murid-murid yang meragukan akan kuasa Tuhan yang telah diberikan kepada mereka. Sebab jika keraguan kita lebih mendominasi daripada kepercayaan akan kuasa di dalam diri kita yang telah diberikan kepada kita, maka segala yang kita kerjakan tidak akan membuahkan hasil yang manis tetapi hasil yang pahit. Itulah yang dialami para murid, Yesus menegur mereka ayat 17.

Ketidakpercayaan atau keraguan yang dimiliki oleh para murid Yesus, juga ada di dalam diri kita, bahkan mungkin lebih besar keraguan yang kita miliki ketika kita sudah mengalami begitu banyak hal sulit di dalam hidup kita. Kita mungkin sudah berdoa, sudah membaca Alkitab, sudah berpuasa tetapi beban berat yang kita alami bukannya semakin ringan tetapi malah semakin bertambah berat. hal in bisa terjadi di dalam kehidupan kita sebagai orang percaya yang bahkan meskipun sudah mengalami kebaikan Tuhan. Untuk itu perlu bagi kita untuk menyelidiki diri kita apakah ketika kita berdoa, membaca Alkitab, berpuasa meminta Tuhan menolong kita, kita sudah benar-benar menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan atau ketika amin kita kembali menarik beban itu untuk kita tanggung dan cari jalan keluar, kita benar-benar tidak sepenuhnya membiarkan Tuhan memegang kendali di dalam kehidupan kita. Kita hanya memiliki pengetahuan bahwa Allah sanggup menolong kita, bahwa Allah sanggup memulihkan keluarga kita tetapi jika kita yang masih memegang kendali atas persoalan yang kita hadapi. Jika kita ingin merasakan kelegaan biarkan hati kita mau dikosongkan dari setiap persoalan dan membiarkan Tuhan yang mengaliri hati kita dengan air kehidupan. Maka kepercayaan kepada Tuhan sangat diperlukan di dalam kehidupan kita. Jika kita masih ragu, bimbang, tidak percaya. Datanglah kepada Tuhan, Tuhan tolong aku yang ragu, bimbang dan tidak percaya ini.

Murid-murid juga demikian ketika mereka tidak dapat melakukannya, murid-murid secara pribadi datang kepada Yesus bertanya mengapa mereka tidak dapat mengusir setan itu di dalam ayat 19. Yesus menjawab di dalam ayat 20. Sebenarnya jika kita membaca kata “kurang percaya” di dalam bahasa aslinya menunjuk kepada “little faith” iman kecil. Dan kita kemudian dibingungkan dengan Yesus berkata sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi. Kegunaan biji sesawi ini  yang ditegaskan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya bahwa jika kamu punya iman kecil tetapi jika itu tidak berguna dan tidak dapat dinikmati oleh orang lain maka sia-sia iman yang ada di dalam diri kita, tetapi jika kita memiliki iman yang sangat kecil sekalipun tetapi jika itu kita gunakan maka akan memberikan dampak yang luar biasa di dalam kehidupan kita. Yesus ingin para murid dapat melihat hakikat iman yang sebenarnya, bukan berdasarkan jumlah iman atau besarnya iman melainkan seberapa efektif kita melakukan iman itu di dalam kehidupan sehari-hari. Iman bukanlah pemberian yang dapat dilakukan sesuka hati. Tetapi iman adalah keyakinan bahwa kita dapat melakukan apa yang Tuhan ingin kita lakukan yaitu “menerima firman-Nya”. Begitu juga dengan kita. Allah ingin kita sebagai umat-Nya dapat memiliki iman yang meskipun kelihatannya kecil tetapi bertumbuh dan hidup dan dapat memberikan pengaruh bagi sesama kita, sehingga kita mampu melakukan hal-hal yang besar. Sebab jika kita berkata memiliki iman tetapi ketika persoalan datang kita tidak menggunakan iman kita dengan efektif dengan keyakinan bahwa Allah menginginkan kita melakukan hal itu, maka semua yang kita lakukan akan terasa sia-sia. Jika kita memiliki iman sebesar biji sesawi yang kecil itu tetapi bertumbuh dan memberikan manfaat yang begitu besar demikian juga harusnya hidup kita, bukan hanya berdampak untuk diri kita sendiri tetapi juga terhadap lingkungan sekitar kita. Bukankah iman kita telah diteguhkan di dalam kematian Kristus diatas kayu salib. Kita diselamatkan sewaktu kita berdosa bukan sewaktu kita sudah punya iman, tetapi sebelum kita punya Iman, Kristus memilih kita menjadi bagian dari umat pilihan-Nya, maka seharusnya kita mempercayakan segala persoalan kehidupan yang saat ini sedang kita hadapi. Jangan katakan kita sebagai orang beriman jika iman kita hanya di dalam perkataan/ pengetahuan saja tetapi nol di dalam perbuatan. Orang yang beriman meskipun kecil maka hidupnya pasti akan terus merasakan aliran kasih dari Kristus dan bahkan orang lain juga dapat merasakan dampak di dalam kehidupan kita. Maka bapak/ibu mari kita mempergunakan iman kita secara efektif bukan soal kecil atau besarnya tetapi soal bagaimana kita dapat menggunakan iman kita dengan benar di hadapan Tuhan dan bagaimana melalui iman kita itu nama Tuhan di permuliakan.

Penulis: Pdt. Hadi Sugianto Lie