Jangan menjadi bodoh

Matius 5:13-16

            Petrus bertemu dengan Yesus dan dibertanya kepadaNya, “Apakah yang kami dapat ketika mengikut Engkau?”. Ternyata dari dahulu ketika mengikut Yesus dan berkomitmen untuk meninggalkan semuanya ada selalu pertanyaan apakah yang akan kita dapat? Apakah ketika kita hidup benar demi Kristus adalah sebuah prestasi yang patut dibanggakan? Terkadang ini tertanam dalam kehidupan kita, menjadikan hidup selalu ada yang dituntut. Kalau kita hidup dalam perjuangan hidup benar, apakah itu adalah prestasi yang harus dibanggakan atau penting? Tetapi penting untuk siapa?

            Garam dan terang adalah kebutuhan setiap orang. Garam untuk memasak dan untuk mengawetkan bahan makanan. Dalam tradisi yahudi garam itu bisa tidak asin, garam pada zaman itu berbetuk seperti bongkahan batu yang nanti akan dimasukkan kedalam masakan. Cara menguji jika tidak asin adalah dimasukkan kedalam masakan dan bila tidak memberikan perubahan rasa, maka sisanya akan dibuang. Garam juga erat kaitannya dengan hikmat, orang bodoh seperti garam yang tidak asin lagi.

            Pelita atau terang, dia tidak akan bersianr dengan baik apabila diletakkan dibawah gantang. Gantang biasanya terbuat dari anyaman sehingga kalau pelita ditutup dengan gantang maka yang terjadi sinar tidak akan menyebar dengan baik. Terang yang dari pelita juga adalah gambaran dari hikmat, orang yang menutupnya dengan gantang adalah contoh orang yang bodoh. Orang bodoh akan dibuang dan diinjak, sedangkan sinar yang tidak sampai akan mati. Bagian ini ingin membandingkan kesalehan ayang dilakukan orang farisi dengan kita sebagai umat yang sudah percaya kepada Yesus.

            Tuhan Yesus ingatkan, bahwa kita bukan akan menjadi garam dan terang dunia atau kita harus menjadi garam dan terang dunia, tetapi kita adalah garam dan terang dunia itu. Pertanyaannya begi kita adalah apakah kita masih asin? Atau masih bersinar? Paulus dan Silas dipenjara paling tengah dan dibelenggu sehingga mereka berdua tidak bisa melarikan diri. Waktu di penjara Paulus dan Silas memuji Tuhan, waktu memuji Tuhan ada gempa yang terjadi. Gempa itu mengakibatkan pintu penjara dan belenggu dari semua tahanan lepas. Kepala penjara sudah diberi pesan bahwa tidak boleh membiarkan Paulus dan Silas kabur dari penjara dan kejadian ini membuat kepala penjara menjadi sangat ketakutan. Karena sangat ketakutan kepala penjara ingin bunuh diri, ketika hendak menghunuskan pedang, Paulus dan Silas memanggil kepala penjara. Akhirnya Kepala penjara tidak jadi bunuh diri dan bertobat. Bagi dunia apa yang dilakukan oleh Paulus dan Silas adalah bodoh, tetapi bagi Tuhan itu adalah sebuah hikmat. Janganlah kita egois dan memetingkan diri sendiri, sehingga kita tidak bisa menjadi garam dan terang bagi sesama kita. Kadang Tuhan mau, tahan sebentar dalam kesusahanmu – karena lewat keputusanmu untuk tidak cepat-cepat, ada orang lain yang akan diselamatkan dan itu jauh lebih penting dari keuntungan yg hendak kamu ambil karena orang itu akan berjumpa Kristus.

            Kita diminta Tuhan supaya kita menjadi garam dan terang yang berfungsi aktif sehingga kita menjadi berhikmat. Lalu untuk apa kesalehan? Kesalehan tujuannya adalah supaya orang mengenal Yesus lewat apa yang kita lakukan. Jadilah orang yang berhikmat dan saleh sehingga nama Tuhan terus dimuliakan dalam kehidupan kita.

Penulis: Pdt. Hadi Sugianto Lie