Eben Haezer

1 Samuel 7:12-14

          Tuhan mengijinkan kita mengalami titik-titik rendah kehidupan untuk mengajarkan kita pelajaran yang tidak bisa kita pelajari dengan cara lain. C.S. Lewis. Bagaimana sikap kita ketika kita harus mengalami titik rendah dalam kehidupan kita? C.S Lewis merasakan bahwa titik rendah itu adalah sebuah pembelajaran yang baik dalam kehidupannya.

          Bangsa Israel harus mengalami banyak fase dalam kehidupannya, naik, turun dan mengalami banyak keadaan yang dinamakan titik rendah dan itu Tuhan ijinkan terjadi dalam kehidupan mereka. Bangsa Israel mengalami fase titik rendah ini saat tabut perjanjian bersama dengan mereka. Harusnya jika tabut itu berada bersama mereka yang mereka harus alami adalah kemenangan tetapi kenapa sebaliknya. Ini mungkin seperti kita ketika kita merasa bahwa kita sudah melayani, taat dan rajin ke gereja tetapi kenapa masalah dan fase titik rendah itu juga harus kita alami.

          Israel mengalami masa-masa yang sulit itu karena mereka sendiri, percaya kepada Allah tetapi mereka juga masih menyembah kepada berhala. Sampai akhirnya Nabi Samuel berkata Eben Haezer. Frasa ini dekat sekali dengan tabut Allah yang melambangkan kehadiran Allah, kehadirannya saja bukan menggantikan peran sebagai Allah. Tabut perjanjian itu berisi batu yang bertuliskan hukum taurat, yang artinya bahwa bangsa ini jangan sampai meninggalkan Hukum taurat sebagai pegangan hidup mereka. 2 Kerup yang ada di atas penutup tabut perjanjian adalah supaya bangsa Israel selalu waspada, jangan melanggar atau tidak menghormati Allah. Tabut Allah itu ingin menegaskan bahwa bangsa Israel harus menjaga hidup mereja tetap suci karena mereka telah dipanggil dan ditebus dengan lunas, tetapi kenyataannya bangsa ini kedapatan tidak taat. Mereka punya tabut perjanjian sebagai simbol Allah tetapi mereka juga menyembah allah lain. Hidup kita sekarangpun jangan seperti itu kita menyembah Tuhan tetapi terkadang kita ini memberhalakan pekerjaan kita atau digantikan dengan lainnya dan tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya.

          20 tahun lamanya bangsa Israel menyebah allah lain padahal ada tabut perjanjian disana (kehadiran Allah). 20 tahun itu adalah pelambangan saat tabut perjanjian ada di Filistin dan dianggap sebagai sebuah benda yang sakti, maka Tuhan menurunkan banyak bencana bagi Filistin. Akhirnya bangsa Filistin hendak mengembalikan Tabut perjanjian tetapi dengan kendaraan sapi yang menyusui, sapi yang menyusui itu mudah sekali tergoyahkan dan tidak mudah konsenterasi. Bangsa Filistin berkata Kalau sapi ini mengarahkan dirinya kearah Israel maka akan dikembalikan dan benar diakhir cerita Sapi ini mengarah ke Israel dan itu berarti bahwa tabut ini dikembalikan.

          Ketika tabut perjanjian ada di Israel kenyataannya adalah merek tetap menyimpang dan Allah harus menghajar mereka. Di tengah Tuhan menghajar mereka, Nabi Samuel berkata bahwa “Eben Haezer” Pertolongan Tuhan sudah selesai. Samuel tahu benar bagaimana bangsa ini memberontak kepada Allah padahal Allah itu sudah setia dan sangat sabar kepada bangsa Israel. Bagaimana dengan kita, apakah kita ini punya firman Tuhan, percaya kepada Tuhan tetapi kita masih menyeleweng dihadapan Tuhan dan mungkin sekarang kita juga harus nyadari bahwa Tuhan itu tetap setia dan sabar dalam menghadapi kita.  Kristus adalah pribadi yang sabar, pribadi yang menyelamatkan kita bukan dengan biasa tetapi dengan nyawanya sendiri untuk kita yang bandel, maka yang harus kita lakukan adalah bertobat.

          Tuhan ingin hati kita murni taat kepadaNya dan yang tau hati kita dalah diri kita sendiri. Apa yang diinginkan Tuhan Tuhan ingin kita ini suci sebagai mempelai wanitanya dan menjadiknnya sebagai pusat dalam kehidupanNya. Kenapa Tuhan itu kerasa terhadap kita, karena Dia ingin kita lebih baik dan hidup dalam rencanaNya serta janjiNya. 20 tahun lamanya bangsa ini berzinah kepada allah lain padahal ada lambang kehadiran Allah, maka Samuel ingin mereka bertobat. Pertobatan yang sungguh adalah awal pemulihan. Bagi kita yang bertobat Allah menjanjikan kerajaan surga, menggantikan yang duniawi dengan ketaatan. Siapa yang memberikan dirinya menjadi kekasih Kristus yang setia, ialah yang pertama boleh menikmati surga di bumi. Mari kita punya kerinduan untuk selalu bertobat dan menfokuskan diri kepada Allah yang panjang sabar sehingga kita ini bisa menikmati kenikmatan surga yang Tuhan berikan kepada kita.

Penulis: Pdt. Hadi Sugianto Lie